Sabtu, 20 Desember 2014

Polka Dress



Yellow Polka Dress
All size fit to L
IDR 90.000

Rose Vintage Shirt

perpaduan bunga mawar merah dengan warna  hitam tetap dalam suasana vintage menampilkan kesan klasik dan elegan :)
Rose Vintage Shirt
All size fit to XL
IDR 150.000

Kamis, 18 Desember 2014

Women's Classic Shirt

Masih dalam rangka cuci gudang vintage style dear :) masih dalam tema vintage tapi kali ini kemeja wanita. grab it fast baby !

 



Women's Classic Shirt
All Size
Bahan katun paris
IDR 150.000

Vintage Skirt !

A Basic Concept ! keep your life minimal dear :) dalam rangka menyambut libur tahun baru masehi, R. Rahajeng mengadakan cuci gudang akhir tahun. namun dalam kesempatan dan moment ini, R. Rahajeng menawarkan "vintage style" buat kamu yang menyukai gaya klasik, sederhana namun tetap nyaman :)
"A" Vintage Skirt
All Size
Panjang rok 110cm
(pinggang karet)
IDR 65.000
Green Button Skirt
All Size
(pinggang resleting)
panjang rok 100cm
IDR 80.000
 

Selasa, 16 Desember 2014

Batik Vorstenlanden


Batik Vorstenlanden adalah batik yang berasal dari kerajaan atau keraton. Di Indonesia, Batik Vorstenlanden adalah batik yang berasal dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta yang keduanya merupakan penerus kekuasaan kerajaan Mataram. Diluar daerah tersebut, batiknya disebut Batik Pesisir, Batik Petani dan ada juga Batik Saudagan.


Lahirnya batik gaya Surakarta dan Yogyakarta diakibatkan terjadinya peristiwa politik yang akhirnya berpengaruh pada aspek-aspek budaya yang membedakan antara ciri-ciri Yogyakarta dan Surakarta sebagai sumber atau aktivitas budaya. Peristiwa politik yang dimaksud adalah Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755.

Perjanjian Giyanti memecah kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu wilayah di sebelah timur kali Opak (melintasi daerah Prambanan sekarang) dikuasai oleh pewaris tahta Mataram (yaitu Sri Susuhunan Pakubuwana III) dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara di wilayah sebelah barat (daerah Mataram yang asli) diserahkan kepada pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Yogyakarta.
Perpecahan wilayah tersebut berkelanjutan pada pembagian harta kerajaan yang berupa pusaka, gamelan, kereta tunggangan, dan tandu yang dibagi menjadi dua bagian. Namun busana keraton mataram seutuhnya diboyong oleh Kanjeng Pangeran Mangkubumi ke Yogyakarta. Mengingat sebelum terjadinya perpecahan dan ketika Pakubuwana III belum menjadi Raja, Pakubuwana II (Ayah Pakubuwana III) pernah berwasiat apabila paman Mangkubumi meminta busana, maka berikan saja.
Dari perpecahan tersebut, seluruh busana (Batik) keraton dibawa ke Yogyakarta. Sejak perpecahan itulah Keraton Mataram Surakarta tidak mempunyai corak khas keraton. Dari sinilah kemudian Pakubuwana III memerintahkan untuk membuat motif-motif batik keraton Mataram Surakarta. Sementara batik-batik Mataram yang dibawa ke Yogyakarta telah menjadi batik khas Yogyakarta.




kedua doto diatas adalah contoh batik dengan proses cap setelah penempelan malam pada kain mori putih sebelum diwarna . contoh batik Vorstenlanden. foto yang atas bermotif sekar jagat mengandung arti filosofi keaneka ragaman dunia melambangkan kebahagiaan. dalam tradisi keraton bisa digunakan untuk menghadiri acara pernikahan karena melambangkan suka cita.
sementara gambar yang bawah terdapat kain dengan 3 motif batik sekaligus. atas sekar jagat, tengah motif kawung yang biasa dipakai keluarga kerajaan yang melambangkan kearifan dan bersahaja. kemudian yang bawah salah satu motif parang (mengingat motif parang sangat banyak sekali ragamnya). Motif parang pertama dibuat oleh masa kejayaan Pakubuwana X yang mana motif parang hanya boleh dikenakan oleh raja dan permaisurinya. 
setelah ini R. Rahajeng akan mengupas beberapa motif batik keraton atau batik vorstenlanden beserta makna filosofi dan kapan waktu penggunaannya :)
Batik Printing Vorstenlanden
1. Kawung orange-kuning
2. Kawung orang-dongker
3. Kawung biru-kuning
4. Kawung khaki-biru
5. Cakar soft-orange
6. Cakar pink
7. Parang coklat
Ukuran 2,5m
Bahan kain katun primisima
IDR 80.000

*bisa pre order sesuai design dan ukuran sendiri
*lebih lanjut hubungi contact yang tertera di bio R. Rahajeng :)


Kamis, 04 Desember 2014

Batik Primitif by R.Rahajeng

Para pembaca tentunya sudah tidak asing lagi dengan motif jumutan. Menurut salah satu pengrajin senior R.Rahajeng yang biasa mengerjakan Batik Cap di Laweyan Solo, motif jumputan atau cinde-cindean ternyata merupakan salah satu motif primitif peninggalan zaman kerajaan Majapahit. Karena pada masa itu belum dikenal batik tulis yang dicanting maupun batik cap. Oleh karenanya mereka membuat batik dengan cara jumputan. Jadi batik jumputan ini lebih dahulu muncul sebelum didirikannya keraton Solo dan Yogya. Berikut salah satu produk batik primitif R.Rahajeng 


Batik Primitif
All Size Fit To L
IDR 120.000

Whatsapp : +62 8774 6554 546
Line : rahadinda
Bbm : 75D1E0E1
Sms : +62 8773 6333 179

Batik Primitif

Memang sangat sulit menemukan selembar kain yang bisa membuktikan bahwa batik sudah ada sejak jaman prasejarah. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa Batik sendiri artinya proses perintangan warna atau pemakaian Malam (resist dyeing), para Arkeolog menemukan beberapa hiasan pada gua-gua bersejarah di Spanyol dan Timur Tengah yang hiasannya menggunakan teknik perintang warna. Mereka berkeyakinan dengan member perintang warna dapat menangkal roh-roh jahat. Selain menggunakan Malam, mereka juga telah memakai simbol-simbol yang menjiwai makna filosofisnya seperti hiasan tulisan pada masa kerajaan Firaun di Mesir. Seperti yang R.Rahajeng ketahui, batik yang biasanya identik dengan daerah Jawa seperti Solo dan Yogya, rupanya masyarakat Sumatra seperti suku Toraja juga sudah lama menggunakan perintang warna pada sehelai kain yang biasanya digunakan untuk upacara adat tentunya dengan motif khas Sumatra. Wanita muslim Sumatra menggunakan helai kain panjang dengan motif kaligrafi bertuliskan puisi timur tengah. Para arkeolog sepakat batik-batik ini disebut dengan batik primitif. Sekarang beberapa batik primitif tersimpan di museum sebagai benda peninggalan bersejarah, yang beberapa nya digunakan hanya saat waktu-waktu tertentu seperti upacara adat.
salah satu motif batik kontemporer R. Rahajeng yang akan dikombinasikan dengan motif lawasan keraton

Rabu, 03 Desember 2014

"Amba" & "Titik"

Pada kesempatan ini R.Rahajeng akan mengulas sedikit sejarah mengenai kain Batik. Batik sendiri merupakan sebuah kata yang diambi dari kata “amba” dan “titik”. Makna batik yaitu proses membentuk berbagai motif, symbol serta warna dengan penggunaan perintang warna atau “Resist Dyeing” pada sebuah kain. Kita biasa menyebut perintang warna atau resist dyeing ini dengan sebutan “Malam”. Nah sebutan Malam ini tentunya sudah tak asing lagi di telinga kita. Kalau kita pergi ke beberapa industri batik atau toko-toko batik tentunya kita sering melihat para pengrajin membatik dengan menorehkan canting pada kain yang sebelumnya canting tersebut diisi dengan malam yang telah dimasak pada kompor kecil. Jadi kain yang biasa kita sebut dengan “Batik” ini tentunya harus melalui proses perintang warna/Malam. Yup! Batik harus mengandung malam dan kalau kita melihat beberapa kain meski motifnya batik namun dalam prosesnya tidak mengandung malam, ini namanya bukan batik melainkan tekstil bermotif batik. Selanjutnya kita akan bahas lagi mengenai sejarah juga teknik pembuatan batik.
Perintang warna / Malam / Resist dyeing



Malam yang dipanaskan dengan kompor kecil sebelum digunakan untuk membatik menggunakan canting. Sebelahnya terdapat beberapa canting juga pola motif yang akan dikerjakan


Pengrajin batik 








Diberdayakan oleh Blogger.

top social

top navigation

About me

Flickr Images

Like us on Facebook

Pages - Menu